Senin, 06 Mei 2013
qadhaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.
1.1. Latar Belakang
Dalam dinamika dakwah, banyak hal yang menjadi permasalahan jama’ah baik secara internal jama’ah atau secara eksternal jama’ah. Hal ini didukung dengan berkembangnya zaman ke zaman sehingga kebiasaan-kebiasaan ikut berubah baik secara langsung maupun tidak langsung. Permasalahan jama’ah semakin komplek dari waktu kewaktu.
Masyarakat Islam diwarnai oleh pemikiran dan pemahaman yang menetukan pandangannya terhadap segala persoalan, peristiwa, tingkah laku seseorang, nilai dan hubungan. Masyarakat islam harus memiliki mazhab yang sesuai dengan yang diperintahkan allah swt. Begitu banyak hal yang terjadi akibat dari pemikiran dan pemahaman yang tidak memiliki pandangan yang jelas terhadap jalan dakwah. Kesalahan di pandangan ini akan mengakibatkan perbedaan pandangan dan setiap kader harus mempersiapkan diri untuk mencari kejelasan tujuan dakwah karena jalan dakwah sangat terjal dan penuh dengan likaliku.
Mencari jati diri sangat diperlukan dalam keberlangsungan syiar agama islam. Syiar islam sangat berpengaruh terhadap penbentukan pribadi masyarakat yang ada disekitarnya. Tiang yang di tegakkan pertama adalah syahadat dan konsekuensi kita harus mengakui Alloh sebagai Rabb.
mengokohkan syahadat bukanlah sebuah hal yang mudah. Memerlukan sebuah proses pembinaan dan pengkajian serta kematangan agar syahadat tersebut terpatri dalam hati terucap dilisan dan dibuktikan dengan amal. Menemukan pencerahan tersebut bisa dengan tarbiyah.
tarbiyah bisa diartikan proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir terbinanya masyarakat yang menjunjung tingi perintah-perintah allah swt. Tarbiyah juga sarana untuk memperbaiki diri untk berada dijalanNya untuk mendapat ridhoNya. Proses tarbiyah harus dijalani karena di tarbiyah ini kita dididik agar mengantikan orang-orang yang sekarang sedang berjuang dijalan dakwah.
setiap orang memiliki peranan yang berbeda dalam dunia dakwah. Namun kita harus mencoba menjadi bagian bangunan dakwah dan bersiap-siap mengajak lingkungan sekitar mulai dari keluarga sampai internasional untuk menjadi bagian dari barisan mujahid.
Jalan da’wah adalah jalan yang satu, jalan yang telah dilalui oleh para Nabi dan Rosul Allah. Setiap du’at wajib memahami berbagai Qodhoya Asasiyah (isu-isu mendasar) di seputar jalan da’wah, untuk menjaga keselamatannya di sepanjang perjalanan, dan agar ia sampai di tujuan juga dengan selamat dan memperoleh kemenangan dan kebaikan memperoleh syahid.
1.2. Rumusan Permasalahan
Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa permasalahan yang terjadi antara lain
1. Apa saja qadhaya-qadhaya dalam gerakan islam?
2. Bagaimana solusi yang diberikan ketika qadhaya-qadhaya dalam gerakan islam muncul?
3. Bagaimana sikap terhadap munculnya qadhaya ?
BAB II
PEMBAHSAN
2.
2.1. Qadhaya-Qadhaya dan Solusi Yang Diberikan Ketika Qadhaya-Qadhaya Dalam Gerakan Islam Muncul
Isu-Isu Mendasar di Jalan Da’wah
1. Ar-Ru’yatu Al Wadihah ( Pandangan Yang Jelas )
Pentingnya bagi setiap aktivis da’wah memahami sasaran Da’wah dan Karakteristik jalan yang akan dilaluinya. Karena jalan da’wah begitu panjang dan terjal tidak semua orang mampu bertahan di jalan ini. Begitu banyak tantangan yang akan di lalui untuk itu memerlukan pandangan yang jelas diawal sebelum melangkahkan kaki. Salah satu tujuan da’wah adalah Tegaknya Khilafah Islamiyah ‘Alamiyah.
Dijalan da’wah memerlukan orang-orang yang sabar, bersungguh-sungguh dan bekerja serius. Menang dan memimpin atau mati syahid dan berbahagia. Inilah pilihan dijalan da’wah ini. Hal yang dilakukan diawal ini sangat menentukan kader-kader yang akan berjuang dijalan da’wah. Pembentukan pondasi harus kuat. Pembentukan pondasi membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak agar mencapai tujuan tegaknya khilafah islamiyah ‘alamiyah.
realitas kehidupan telah menunjukan bahwa sasaran da’wah sekarang banyak problematika yang dihadapin semakin banyak & luas, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengatasinya sedemikian panjang, sementara kapasitas dan umur kita terbatas. Maka kita harus melakukan kaderisasi untuk estafet da’wah kedepannya dan menyiapan dengan yang matang, tekad yang kuat, kesabaran yang tinggi, dan keikhlashan yang penuh.
ada bahaya yang fatal dari kesalahan dalam memahammi tujuan Da’wah dan Karakteristik Jalan yang harus dilalui antara lain
Aspek Fikriyah : Terjebak pada pola pemikiran Takfir
Aspek Harakiyah : Isti’jal, Tambal Sulam, Fragmentaris
Aspek Syakhshiyah : Cenderung bersifat Politis dan Mengabaikan Tarbiyah
solusi yang diberikan yaitu memahami dan berinteraksi secara intensif, menyeluruh dan seimbang dengan 10 rukun bai’at : al-Fahmu, al-Ikhlash, al-‘Amal, al-Jihad, at-Tadhhiyah, ath-Tho’ah, ats-Tsabat, at-Tajarrud, al-Ukhuwwah, dan ats-Tsiqoh
2. Al-Istimroriyah ( Kesinambungan )
banyak jama’ah, oraganisasi atau parpol yang tumbuh dan kuat namun tidak lama kemudian melemah dan bubar. Hal ini disebabkan karena tidak ada kesinambungan. Istimroriyah (kesinambungan) dalam da’wah adalah salah satu tuntutan yang harus dipenuhi sebagai konsekuensi dari karakteristik jalan da’wah yang panjang. Hal ini sangat berpengaruh terhadap harmonisasi gerakan.
Problematika Istimroriyah dalam da’wah bisa bersifat internal maupun eksternal. Antara lain
• Faktor Eksternal: konspirasi musuh-musuh Islam, dengan cara:
o Pendangkalan
o Melemparkan tuduhan jahat terhadap jamaah, pemimpin, manhaj dan wasilah.
o Mendorong beberapa perkumpulan Islam menentang jama’ah dan menyebarkan pertentangan serta mengadu domba antar afrad
Yang harus diingat: kesinambungan da’wah dalam tahap ujian dan cobaan merupakan kemenangan, sedang tidak adanya kesinambungan berarti suatu kekalahan.
• Faktor Internal
o Melalaikan aspek tarbiyah dan ruhiyah; jika da’wah dan jihad diibaratkan sebatang pohon, maka tarbiyah dan tazkiyah ruhiyah adalah humus dan pupuknya
o Perselisihan dan pertentangan di dalam Shaff
Sebab-sebab perselisihan dan pertentangan:
1. Perbedaan pemahaman dalam islam
2. Perbedaan uslub amal dan harakah dan di sekitar interaksi dengan kondisi dan situasi yang berlaku
3. Bersumber dari urusan pribadi di antara afrad jama’ah akibat dijerumuskan oleh syaitan
4. Ta’ashub kepada seseorang, kota, daerah dan ta’ashub jahiliyah lainnya
5. Munculnya perasaan sia-sia di kalangan aktivis ketika dilanda kekalahan menghadapi pertarungan dengan musuh
Perbekalan yang penting disiapkan oleh setiap du’at dalam memelihara istimroriyah ini antara lain adalah :
Tarbiyah Pribadi (Syakhshiyah) yang seimbang antara aspek Ruh, ‘Aqal dan Jasmani
Membangun dan memelihara Ukhuwwah (Ta’aruf, Tafahum, Ta’awwun, Takaful)
Merapatkan shaf para du’at dengan ‘amal jama’I
3. An-Namwu wa Al Quwwah ( Pertumbuhan dan Kekuatan )
Kesinambungan yang dikehendaki ialah disertai perluasan medan gerakan yang kontinyual dan kuantitas afrad dan simpanan gerakan yang semakin berkembang serta kekuatan struktur harakah, afrad, dan pirantinya yang semakin meluas. Hai ini untuk keberlangsungan jamaah.
Pertumbuhan da’wah adalah bersifat horizontal (lebih ke perluasan da’wah islam) dan vertikal (peningkatan kapasitas). Hal yang perlu dipahami dalam aspek pertumbuhan ini adalah bahwa prosesnya bersifat tadarruj (bertahap) tidak seketika / tergesa-gesa.
Kekeliruan dalam masalah pembentukan masyarakat Muslim:
seluruh anggotanya harus berkualitas seorang aktivis. Yang benar: wujudnya sejumlah individu dan keluarga Muslim ideal yang cukup di dalam masyarakat tersebut, sedangkan selebihnya terdiri dari anggota-anggota masyarakat biasa yang shalih dan memberikan respon positif terhadap harakah Islammiyah dan sasarannya serta menerima hukum-hukum Allah. Menajlankan perintahnya menjauhi larangnnya.
Memandang masyarakat Muslim di negeri-negeri Muslim bukan sebagai masyarakat Muslim, tapi masyarakat jahiliyah merupakan sikap hantam kromo
Pertumbuhan dan perkembangan hendaknya dibarengi kekuatan agar tidak lemah dan lembek. Sarana paling utamanya: tarbiyah dan praktek lapangan
Kekuatan ada 2: kekuatan asasi (aqidah, wihdah, dan silah) dan kekuatan dharuri (ilmu, dana, publikasi, kepribadian, dll)
4. Al-Muhafatazhatu ‘ala Al-Asholah ( Memelihara Orisinalitas )
Memelihara Orisinalitas merupakan hal yang penting untuk diperhatikan agar kesinambungan, pertumbuhan dan kekuatan tidak menjadi kehilangan arah dan keluar dari rute perjalanan yang sebenarnya
Problema Internal (‘aqidah, fikriyah, akhlaqiyah, ukhuwwah, iqtishodiyah, dll) dan eksternal (ghozwul fikri, ghozwul askari, fitnah, dll) menuntut setiap du’at senantiasa terikat pada asholahnya (akar konsep rujukannya, manifestasi dari syahadatainnya, yakni Kitabullah dan Sunnah beserta Siroh Rosulullah saw).
Di antara bahaya mengabaikan pemeliharaan asholah ini adalah lahirnya bentuk-bentuk pemahaman dan aktivitas yang bersifat juz’iyah (parsial), mengutamakan satu hal dan mengabaikan hal-hal penting lainnya.
Memelihara orisinalitas berarti:
1. menjaga orisinalitas pemahaman terhadap Islam dibarengi dengan pemeliharaan orisinalitas sasaran
2. perhatian terhadap tarbiyah dan aspek ruhiyah
3. beriltizam dengan jalan da’wah dan tahapan-tahapannya, kendati jalan yang kita tempuh panjang
4. menjaga dan menata wujudnya prinsip syura
5. menekankan aktifitas produktif dengan tenang dan tidak boleh dikalahkan oleh kepentingan diri
6. memelihara sifat da’wah yang takamul dan I’tidal serta a’lamiyyah
5. At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan dan Pengembangan )
Untuk mewujudkan cita-cita besar yakni tegaknya dien Islam dengan berdirinya khilafah Islamiyah yang tercermin dalam tegaknya Daulah Islamiyah ‘Alamiyah, maka amal islami yang dialukan harus berjalan sesuai dengan takhthith (perencanaan) yang teliti, tidak boleh asal –asalan, spontanitas atau reaksioner. Selanjutnya amal islami melakukan evaluasi seluruh pelaksanaan program pencapaian sasaran yang telah digariskan.
Pentingnya dipahami bahwa perencanaan tidaklah bertentangan dengan keyakinan akan taqdir Allah, karena perencanaan juga disyari’atkan oleh Allah (QS 59:18). Tawakkal adalah mempergunakan seluruh sebab dan kemudian menyerahkan keputusannya pada Allah.
Perencanaan yang baik memperhatikan, menginventarisir, menghimpun berbagai potensi, faslitas, keahlian individu, dan mengarahkan, mendayagunakan dan memanfaatkannya secara optimal untuk mendukung pencapaian sasaran-sasaran da’wah.
Perencanaan yang baik memperhatikan berbagai faktor perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan berbagai sunnah kauniyah lainnya sehingga akan membuat khiththah da’wah berjalan secara waqi’I (realistis) dan praktis, tidak bersifat nazhari (teoritis) yang khayali / jauh dari kenyataan.
Terdapat perbedaan besar antara perencanaan da’wah dan perencanaan dalam lembaga-lembaga umum dan pemerintahan di dalam lapangan kehidupan materi. Perencanaan bidang materi lebih mudah dan dapat dikalkulasi melalui statistik, masa, perkiraan dan kemungkinan-kemungkinan. Sedang di lapangan da’wah terus-menerus mengalami perubahan karena umumnya berinteraksi dengan jiwa dan hati manusia.
Aspek pengembangan dan pembaharuan sangat penting dan berpengaruh dalam proses da’wah Islam. Setiap du’at dapat memanfaatkan setiap penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung sarana da’wahnya. Bersikap statis dan menolak perkembangan iptek merupakan kekeliruan yang mesti segera diluruskan karena akan merugikan da’wah sendiri.
6. Jam’u Kalimatil-Muslimin ( Kesatuan Pandangan Kaum Muslimin )
Mewujudkan persatuan dan kesatuan pandangan kaum muslilmin merupakan salah satu qadhiyah paling penting dalam gerakan Islam. Wihdah (persatuan) itu lambang kekuatan, sedangkan tafarruq (perpecahan lambang kelemahan dan jalan menuju kegagalan. Musuh-musuh Islam berusaha sekuat tenaga menyebarkan benih perpecahan dan pertentangan di antara kaum muslmin, khususnya di antara para penguasa.
Kesatuan adalah qodhiyah paling penting dalam ‘amal jama’i. Tanpa persatuan dan kesatuan boleh dikatakan hampir mustahil dapat mewujudkan sasaran-sasarannya. Diantara Kaidah Utama di dalam memelihara persatuan di antara kaum muslimin dan mengoptimalkan kerja berbagai gerakan da’wah Islam.
Kenyataan memang memprihatinkan. Setiap usaha mewujudkan persatuan kaum muslimin melalui pemimpin-pemimpin formal selalu kandas dan membentur kegagalan. Karena itu kita harus berusaha keras mewujudkan persatuan kaum muslimin dari basisnya. Konsekuensinya kita harus mewujudkan persatuan melalui inidividu-individu bangsa muslim di setiap kawasan Islam, kemudian bangsa-bangsa muslim itu dipersatukan denagn mendesak masing-masing pemerintahnya supaya mewujudkan persatuan dan menghilangkan pertentangan dan perselisihan.
berusaha menyatukan pandangan dan barisan dengan berpadukan kaidah: “kita bekerja sama dalam hal-hal yang sama-sama kita sepakati dan saling menghargai terhadap hal-hal yang di antara kita berbeda”. Hal ini menjadi solusi bersama untuk mewujudkan tujuan besar kita.
7. Al-‘Amalu Fi Majalid-Da’wah ( Bekerja Dalam Lapangan Da’wah )
‘amal fi majalid da’wah mencakup aktivitas penanaman iman yang teguh, pembentukan yang cermat dan kerja yang berkesinambungan. Setiap du’at hendaknya lebih mementingkan segi ‘amaliyah daripada di’ayah (kampanye) dan propaganda, dan hendaknya setiap du’at siap untuk menjadi orang yang teruji dengan ‘amal.
Perbedaan bentuk kontribusi ‘amaliyah dalam da’wah hendaknya dipahami dalam konteks ‘amal jama’i. Keseimbangan dalam beramal juga mutlak diperlukan. hal terpenting diperhatikan adalah landasan yang memotivasi dalam ber’amal yakni ‘ibadah (kepada Allah) dan dalam rangka memberikan kemanfaatan (langsung maupun tak langsung) bagi kemashlahatan umum (manusia, alam semesta dan segenap isinya).
memikul beban dan melaksanakan aktifitas da’wah yang medannya semakin luas dan aktifitasnya semakin beragam serta membutuhkan waktu dan tenaga besar, diperlukan orang yang memusatkan seluruh hidupnya untuk da’wah dan siap menghadapi berbagai kesulitan perjalanan da’wah. Ingat bahwa seorang da’iyah adalah orang yang hati dan pikirannya selalu sibuk dengan urusan da’wah.
Ada dua tipe manusia yaitu kehidupannya sangat didominasi oleh amal da’wah Dan kehidupannya sangat didominasi oleh tugas-tugas rutin mata pencahariannya
Setiap pribadi Muslim dituntut bekerja dalam lapangan da’wah, selain dituntut mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain sebagai mata pencaharian untuk membiayai hidupnya dan kehidupan keluarga dan rumah tangganya. Setiap kita harus selalu mengaitkan urusan yang berhubungan dengan aktifitas kehidupan, kerumahtanggan, mata pencaharian dan lain-lainnya dengan kepentingan da’wah.
8. At-Taurits wa At-Tuhamu Al-Ajyal ( Pewarisan dan Regenerasi )
Sasaran besar yang sudah dicanangkan pencapaiannya tidak cukup hanya melalui satu generasi, tetapi melalui beberapa generasi. Untuk mencapainya jelas memerlukan pentahapan dan beberapa fase. Karena itu pewarisan da’wah adalah sangat penting. Pewarisan itu mencakup: tujuan, sasaran, wasilah, seluruh orisinalitas dan pengalamannya secara utuh dari generasi ke generasi, tanpa perubahan atau penyimpangan. Perwarisan ini harus dilakukan karena untuk berda’wah membutuhkan waktu yang panjang. Hal yang penting adalah bahwa pewarisan tidak akan berjalan mulus hanya dengan buku dan risalah-risalah. Namun dibutuhkan mu’ayasah yang intensif antar generasi, sebab dengan keteladanan yang langsung akan melahirkan kesatuan hati, persenyawaan dan kecintaan yang tulus, sebagai landasan yang utama dalam proses regenerasi.
Pada dasarnya setiap generasi akan mendapatkan pengalaman dan pelajaran baru pada zamannya yang tidak didapat oleh generasi sebelumnya. Artinya aset generasi berupa pengalaman, eksperimen dan pelajaran akan semakin bertambah bersamaan dengan perjalanan generasi tersebut. Atas dasar ini kita mengharapkan generasi berikutnya akan lebih baik dan lebih banyak aktifitasnya serta lebih teguh iltizamnya dari pada generasi sebelumnya.
Semestinya setiap generasi mempersiapkan generasi berikutnya untuk memikul tanggung jawab dan menegakkan kewajiban dalam marhalahnya. Karena itu generasi baru harus dilatih tanggung jawab. Jika terjadi kekeliruan harus diperbaiki ketika itu juga. Kekeliruan dan kesalahan dalam latihan jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Langkah-langkahnya:
1. Melibatkan setiap anggota untuk turut memikirkan urusan da’wah
2. Dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan
3. Dilibatkan dalam manuver-manuver amal dan gerakan
4. Dilatih membuat perencanaan, evaluasi dan memahami positif dan negatifnya
hal yang perlu diperhatikan dalam pewarisan:
1. Harus dihindari pemusatan tanggung jawab dan beban kepemimpinan hanya pada anggota tertentu untuk waktu yang lama
2. Memperhatikan fiqh amal jama’i (syarat, kewajiban, uslub di dalam berinteraksi dan ta’awun serta mempertegas seluruh qadhiyah asasiyah sebelumnya)
3. Menekankan tsiqah
4. Memahami benar sejarah perjalanan jama’ah
5. Memperhatikan dimensi ruh dan bekal perjalanan
2.2. Sikap Terhadap Munculnya Qadhaya
Sikap dari kaum kafira dan munafik ketika qadhaya-wadhaya ini muncul mulai menyisipkan hal-hal yang bisa menghancurkan kaum muslimin baik secara internal maupun eksternal. Mereka mulai merusak fikroh kaum muslimin dengan mengajak untuk mencari keuntungan duniawi , jabatan. Membangun persepsi bahwa sasaran dakwah semata-mata menegakkan pemerintah islam lokal. Umumnya kaum kafir dan munafik ingin merusak fikroh, harakiyah dan syakhsiyah kaum muslimin. Hal yang harus diingat adalah musuh selalu ingin menggilas jamaah agar tergilas dan gerakan jamaah berhenti. Orang-orang kafir selalu mematikan gerakan dengan cara pendangkalan pemahaman, melempar tuduhan terjadap pimpinan, jamaah agar jamaah itu pecah.
Orang-orang muslimin seharus jelas dalam melangkah di awal. Harus yakin, membangun janji dan komitmen. Sepertimana yang kita ketahui As-Syahid Hassan Al-Banna telah meletakkan sepuluh rukun bai’ah yang mana kesemua rukun bai’ah ini disimpulkan oleh As-Syahid melalui sirah Nabi S.A.W .Jika disingkap kembali sejarah kegemilangan Islam di zaman Nabi S.A.W ,kita dapat menghayati bagaimana Nabi S.A.W dan para sahabatnya memperaktikkan sepuluh perkara yang penting ini.Di sana mereka pernah jatuh dan rebah serta menang dan kalah ,tetapi mereka tetap teguh dengan perjuangan dan sentiasa yakin dengan pertolongan Allah dan jua kemenanganNya.
1. Al-FAHM
Iaitu faham dan seterusnya meyakini bahawa fikrah kita adalah Fikrah Islamiah yang sebenar. Kefahaman adalah kunci kepada keselamatan dan kejayaan dakwah kita kerana tidak mungkin Islam itu diperjuangkan oleh mereka yang tidak memahami Islam itu sendiri. Pepatah Arab pernah menyebut (ﻪﻳﻁﻌﻳﻻ ﺀﻲﺷﻟﺍﺩﻗﺎﻓ) yang bermaksud “orang yang tidak memiliki sesuatu itu tidak mungkin dapat memberinya”.
Kefahaman yang dikendaki di dalam Rukun Bai’ah ini meliputi pecahannya yang dikenali sebagai al-Usool al-Isyreen (Usul 20) oleh al-Imam asy-Syahid Hasan al-Banna.
2. AL-IKHLAS
Keikhlasan di sini bermaksud petugas Amal Islami mestilah meletakkan qasad atau niat pada perkataan dan perbuatannya secara menyeluruh kerana Allah, tanpa mempunyai apa-apa maksud terhadap keinginan harta, kemegahan atau gelaran. Dengan demikian itu jadilah ia Jundi (tentera) Fikrah dan Aqidah, bukannya jundi kemaslahatan.
3. AL-AMAL
Petugas hendaklah bekerja dan melaksanakan kefahamannya serta merealisasikannya sebaik mungkin. Amal di sini meliputi pengelokan diri, pembentukan rumahtangga Muslim, pendidikan masyarakat, pembebasan tanah air, pengislahan pemerintahan dan mengembalikan kedaulatan Islam di peringkat antarabangsa sehingga tiada lagi fitnah dan jadilah agama itu keseluruhannya bagi Allah (al-Anfaal: 39)
4. AL-JIHAD
yaitu jihad yang kewajipannya berlangsung sehingga ke hari Kiamat. Ia merujuk kepada Hadith (ﺔﻳﻟﻫﺎﺟﺔﺘﻳﻣ ﺖﺎﻣﻭﺯﻐﻠﺍ ﻮﻧﻳﻡﻟﻭ ﺰﻐﻳ ﻢﻟﻭ ﺖﺎﻣﻥﻣ) yang bermaksud “Barangsiapa mati dan tidak pernah berperang jihad serta tidak pernah berniat untuk berperang jihad, maka matinya adalah mati jahiliah”.
5. AT-TADHIYYAH
yaitu pengorbanan. Ia meliputi pengorbanan diri, harta, masa, hayat dan segala-galanya di jalan matlamat.
6. AT-THA’AH
Ketaatan yang dimaksudkan di sini adalah ketaatan di dalam mematuhi perintah pimpinan dan melaksanakannya sama ada di dalam keadaan susah atau senang. Ketaatan ini dipagari oleh batas-batas perkara yang duduk di bawah ketaatan kepada Allah dan Rasul.
7. AT-TSABAT
Tsabat yang dikehendaki di sini adalah berkekalannya petugas Amal Islami bekerja dan berjihad ke arah merealisasikan matlamatnya tanpa diganggu gugat oleh panjangnya masa dan berleretan tempoh sehinggalah ia mati bertemu Allah. Dengan demikian itu ia berhasil memperolehi salah satu daripada dua kebaikan iaitu tercapainya kemenangan atau syahid.
8. AT-TAJARRUD
At-Tajarrud bermaksud seorang Petugas Amal Islami itu menyempurnakan fikrahnya tanpa terpengaruh, terganggu atau terbawa-bawa dengan apa-apa campur aduk anasir yang berada di luar fikrahnya sama ada anasir itu berbentuk pengaruh idea, prinsip mahu pun individu. Menjadi kewajipan kepada kita untuk menghayati bahawa fikrah kita adalah fikrah tertinggi, mulia dan sempurna.
9. AL-UKHUWWAH
Apa yang dikehendaki daripada Ukhuwwah di sini adalah ikatan hati dan jiwa sesama petugas Amal Islami dengan ikatan Aqidah. Sesungguhnya ikatan Aqidah adalah sekukuh-kukuh ikatan.
10. ATS-TSIQAH
Kepercayaan yang dimaksudkan di sini adalah tenteramnya hati seorang Jundi itu kepada pemimpinnya, kemampuan dan keikhlasan pemimpin itu. Tenteram hati itu begitu mendalam dan ia tercerna dari kasih sayang, penghargaan, rasa hormat dan taat
BAB IV
PENUTUP
3. Kesimpulan
1. Isu-Isu Mendasar di Jalan Da’wah
• Ar-Ru’yatu Al Wadihah ( Pandangan Yang Jelas )
• Al-Istimroriyah ( Kesinambungan )
• An-Namwu wa Al Quwwah ( Pertumbuhan dan Kekuatan )
• Al-Muhafatazhatu ‘ala Al-Asholah ( Memelihara Orisinalitas )
• At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan dan Pengembangan )
• Jam’u Kalimatil-Muslimin ( Kesatuan Pandangan Kaum Muslimin )
• Al-‘Amalu Fi Majalid-Da’wah ( Bekerja Dalam Lapangan Da’wah )
• At-Taurits wa At-Tuhamu Al-Ajyal ( Pewarisan dan Regenerasi )
2. solusi yang diberikan ketika qadhaya-qadhaya dalam gerakan islam muncul antara lain tarbiyah karena merupakan proses pembentukan pribadi dan penyiapan kader yang akan mengemban kewajiban menyampaikan dan meyebarkan fikrah, serta memantapkan proyek kebangkitan dengan berpegang pada prinsip Allah ghayatuna, Ar-Rasulu qudwatuna, Al-Qur’an syir’atuna, al jihadu sabiluna, dan asy syahadah umniyatuna. Penyatuan pandangan tentang tujuan Tegaknya Khilafah Islamiyah ‘Alamiyah.
3. Sikap terhadap munculnya qadhaya
Sikap dari kaum kafir dan munafik ketika qadhaya-wadhaya ini muncul umumnya merusak fikroh, harakiyah dan syakhsiyah kaum muslimin. Orang-orang kafir selalu mematikan gerakan dengan cara pendangkalan pemahaman, melempar tuduhan terjadap pimpinan, jamaah agar jamaah itu pecah. Kaum muslimin memperkuat tarbiyah dan mengamalkan sepuluh rukun bai’ah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar