Sabtu, 27 April 2013

permainan unas

pendidikan tiga tahun ditentukan dengan emapat hari. dengan bobot 60% nilai unas dan 40% nilai sekolah. hal yang terjadi di indonesia dan memang suatu hal yang unik. mengukur kemampuan siswa hanya di bagian kognitif saja, hal ini mungkin kurang pas karena unas hanya melihat aspek kognitif saja sedangkan afektif dan pisikomotor tidak dinilai jika masuk nilai juga hanya memiliki bobot 40% itu pun nilai dari sekolah. ujian nasional seperti permainan yang tak kunjung usai. permainan pembodohan siswa dan dewan guru. jika ujian nasional dikatakan sebgai indikator kesuksesaan sekolah maka saya dengan tegas menjawab itu salah besar. kesusesan sekolah adalah bagaimana melahirkan generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia bukan orang-orang yang mengalami degradasi moral yang hanya mementingkan perutnya masing-masing. banyak yang mengatakan ujian nasional adalah pintu gerbang masa depan dan saya pun tidak bisa mengukiri hal tersebut karena bagi yang tidak lulus ujian nasional maka dia bisa dianggap siswa yang gagal dan secara sikologi siswa tersebut pasti langsung jaatuh dan malu. hal ini pastinya sering terjadi ketika ada siswa yang tidak lulus maka dia langsung mengecap dirinya adalah siswa yang gagal. jika ujian nasional hanya mencetak orang-orang gagal lebih baik dihapuuskan saja. jika kita melihat bagaimana pelaksanaan ujian nasional tahun ini, pastinya kita berfikir bahwa tahun inilah pelaksaan yang paling carut marut. hal ini sudah dibuktikan dengan fakta yang ada dan sudah disaksikan banyak orang. jika ujian nasional hanya membuat mental siswa jatuh lebih baik dihapuskan. ketika pelaksanaan ujian nasional ditemukan hal yang menjdi kendala antara lain 1.kertas ujian yg tipis, hal ini membuat siswa sangat takut dalam menghitam lembr jawaban mereka karena mereka kwatir akan rusak ketika mereka menghitamkannya berlebihan. 2.kekurangan soal ujian, hal ini terjadi dan katanya solusinya adalah memperbanyak soal sendiri. justru hal ini membuat siswa kwatir, apakh yang dia kerjakan itu terbaca atau tidak oleh komputer. 3.peraturan yang ketat tetapi tidak sesuai dengan kualitas distribusi, distribusi yang membuat pengunduran ujian nasional, hal ini menyebabkan pelaksanaan ujian nasional tidak serentak dan mungkin bisa saja terjadi kebocoran soal. 4.masih beredarnya kunci jawaban, pastinya transaksi jual beli jawaban ujian nasional masih marak terjadi,ada yang berani membeli kunci jawaban sampai jutaan rupiah agar dia lulus, hal ini sudah membuktikan bahwa mental pelajar kita sedang jauh dari harapan. 5.kesiapan mental anak pasca ujian nasional untuk siswa harus difikirkan terutama untuk yang belum bisa lulus ujian, hal ini harus diperhatikan karena siswa memiliki pemikiran yang berbeda, lain di kota lain pula didesa tentang pola fikir siswa. keadaan siswa dikota jauh lebih mudah diarahkan dibandingkan dengan didesa. jika didesa mereka tidak lulus ujian nasional mungkin langsung pasra dan langsung kerja tanpa memikirkan untuk ujian ulang kembali. jika ujian nasional hanya sebagai ujian kelulusan lebih baik dihapuskan saja. arief ageng sanjaya BEM FKIP UNil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar